ABDULLAH BIN NUH
(Cianjur, Jawa Barat, 30 Juni 1905 – Bogor, 26 Oktober 1987). Seorang ulama terkenal, sastrawan, penulis, pendidik, dan pejuang.
Sejak kecil Abdullah bin Nuh memperoleh pendidikan Agama Islam dari ayahnya, KH Raden Nuh, seorang ulama dari kota Cianjur. Di samping itu ia masuk sekolah I’anat at-Talib al-Miskin yang didirikan oleh ayahnya. Dengan pendidikan tersebut ia mampu berbicara dalam bahasa Arab. Pada usia yang relatif muda ia sudah menghafal kitab nahwu alfiyah (nahwu/tata bahasa berbait seribu) di luar kepala. Ia juga mempelajari sendiri bahasa Inggris dan Belanda.
Pada masa mudanya Abdullah bin Nuh aktif mengajar di Hadramaut Scool, sekaligus menjadi redaktur Hadramaut, majalah mingguan edisi bahasa Arab di Surabaya (1922 – 1926). Karena kemampuanya dalam bahasa Arab, pada tahun 1926 ia dikirim belajar ke Fakultaas Syari’ah Universitas al- *Azhar (Cairo) selama dua tahun. Sekembali dari Cairo, dia mengajar di Cianjur dan Bogor (1928 – 1943).
Ketika perjuangan kemerdekaan Indonesia memuncak, Abdullah bin Nuh terjun langsung ke kancah perjuangan. Dia menjadi anggota Pembela Tanah Air atau Peta (1943 – 1945) untuk wilayah Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Sekitar tahun 1945 – 1946 dia memimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tahun 1948 – 1950 dia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Yogyakarta, disamping sebagai seksi siaran bahasa Arab pada Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta dan dosen luar biasa *Universitas Islam Indonesia (UII).
Pada tahun 1950 – 1964 Abdullah bin Nuh memegang jabatan sebagai kepala siaran bahasa Arab pada RRI Jakarata. Kemudian ia menjabat lektor kapala Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1964 – 1967). Tahun 1969 dia mendirikan Majelis al-Ghazali dan pesantren al-Ihya di Bogor. Di kedua tempat pendidikan ini dia berfungsi sebagai sesepuh.
Di Bogor Abdullah bin Nuh aktif melaksanakan kegiatan dakwah Islamiah dan mendidik kader-kader ulama. Dia juga menyempatkan diri menghadiri pertemuan dan seminar-seminar tentang Islam di beberapa negara, antara lain Arab Saudi, Yordania, India, Irak, Iran, Australia, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Ia juga ikut serta dalam Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) sebagai anggota panitia dan juru penerang yang trampil dan dinamis.
Keistimewaan Abdullah bin Nuh sebagai ulama Indonesia adalah kemampuanya menciptakan syair Arab dalam berbagai bentuk dan tujuan, seperti syair pujian dan ratapan. Syair-ayairnya telah dihimpun dalam Diwan ibn Nuh, berupa *kasidah (118 kasidah) yang terdiri dari 2.731 bait. Semuanya digubah dalam bahasa Arab fusha (fasih) yang bernilai tinggi.
Karya tulis Abdullah bin Nuh yang terkenal adalah Kamus Indonesia-Arab-Inggris yang disusun bersama Oemar Bakry. Karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab antara lain adalah al-‘Alam al-Islami (Dunia Islam), Fi Zilal al-Ka’bah al-Bait al-Haram (Dibawah Lindungan Ka’bah), La Taifiyata Fi al-Islam (Tidak Ada kesukuan Dalam Islam), Ana Muslim Sunniyyun Syafi’iyyun (Saya Seorang Muslim Sunni Pengikut Syafi’i), Mu’allimu al-‘Arabi (guru bahasa Arab), dan al-Lu’lu’ al-Mansur (permata yang bertebaran). Sedangkan karanganya yang ditulis dalam bahasa Indonesia adalah Cinta dan Bahagia, Zakat Modern, Keutamaan Keluarga Rasulullah SAW, dan Sejarah Islam di Jawa Barat Hingga Zaman Keemasan Banten serat buku berbahasa Sunda Lenyepaneun (Bahan Telaah Mendalam). Adapaun karya terjemahan dari kitab Imam al-*Ghazali adalah Minhaj al-Abidin (Jalan Bagi Ahli Ibadah), al-Munqiz Minna ad-Dalal (Pembebas dari Kesesatan) dan al-Mustashfa li Man lahu ‘Ilmi al-Ushul (Penjernihan Bagi Orang Yang Mempunyai Pengetahuan Ushul).
0 Response to "ABDULLAH BIN NUH"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sesuai Dengan Topik Pembahasan
Komentar Yang Mengandung Link Aktif Kami Anggap Sebagai Spam..!!